Sahabat Nurani yang budiman;
Sesungguhnya bulan Ramadhan akan segera beranjak pergi. Musim hujan rahmat dan ampunan tak lama lagi akan berganti. Menyisakan perih dan harapan yang belum pasti.
Selain bersangka baik kepada Allah yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih. Semoga dosa-dosa terampuni. Sungguh kasihan diri kita yang berlumur dosa tapi tak jua menyesalinya, tak juga bertekad meninggalkannya, sementara masih di bulan berkah ini. Hamba seperti inikah yang akan meraih ampunan dosa?!
Ingatlah peringatan ulama yang mulia :
“Sungguh jelek suatu kaum yang tidak mengenal Allah kecuali di bulan Ramadhan...”
Sahabat Nurani yang budiman;
Apabila teringat diri yang malas beribadah, tapi mengharap lebih di bulan berkah, ingatlah doa Malaikat Jibril yang mustajabah dan diaminkan oleh Nabi s.a.w yang mulia :
“Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan tetapi sampai Ramadhan berakhir, ia belum juga diampuni.” (Hadis Riwayat al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrod dari Jabir radhiyallahu’anhu)Terutama di bahagian akhir yang tersisa, sepuluh malam yang paling indah, ada malam yang penuh berkah. Raihlah dengan melakukan solat malam.
“Barangsiapa solat malam ketika lailatul qodr kerana iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Hadis Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)Rasulullah s.a.w telahpun memberikan teladan, padahal dosa-dosa baginda yang telah lalu mahupun yang akan datang, telah dianugerahi ampunan dari Allah yang Maha Penyayang.
“Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersungguh-sungguh dalam beribadah di sepuluh hari terakhir Ramadhan melebihi waktu yang lainnya.” (Hadis Riwayat Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha)
“Nabi shallallahu’alaihi wa sallam apabila masuk sepuluh hari terakhir Ramadhan maka beliau mengencangkan sarungnya (tidak berhubungan suami istri dan mengurangi makan dan minum), menghidupkan malamnya (dengan memperbanyak ibadah) dan membangun keluarganya (untuk ibadah).” (Hadis Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha)
“Bahawasannya Nabi shallallahu’alaihi wa sallam melakukan iktikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan sampai Allah mewafatkan baginda, kemudian isteri-isteri baginda masih melakukan iktikaf sepeninggal baginda.” (Hadis Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha)Nota : bagi wanita iktikaf mereka adalah di ruang solat di rumah mereka sendiri.
Inilah petunjuk Nabi shallallahu’alaihi wa sallam di sepuluh hari yang tersisa. Baginda s.a.w beriktikaf agar lebih fokus dan lebih giat dalam beribadah kepada Allah ta’ala. Memutuskan diri dengan aktiviti dunia, dan mengurangi interaksi dengan manusia.
“Makna iktikaf dan hakikatnya adalah memutuskan semua interaksi dengan makhluk demi menyambung hubungan dengan khidmah (beribadah secara total) kepada Al-Khaliq.”
Sungguh jauh berbeza dengan orang-orang yang sudah melupakan masjid-masjid untuk beralih ke pasar-pasar, mall-mall dan jalan-jalan demi baju raya baru, mereka lupa kain kafan. Demi berbagai macam makanan di hari raya, mereka lupa untuk membebaskan diri dari api neraka.
Sahabat Nurani yang budiman;
Masih ada harapan di akhir Ramadhan untuk menyesali segala kekurangan, muhasabah diri menggapai ampunan, jadikan yang terbaik sebagai penutupan.
“Wahai hamba-hamba Allah, sungguh bulan Ramadhan telah bertekad untuk pergi dan tidak tersisa waktunya kecuali sedikit. Maka siapa yang telah berbuat baik di dalamnya hendaklah ia sempurnakan dan siapa yang telah menyia-nyiakannya hendaklah ia menutupnya dengan yang lebih baik.”
Hingga tak tersisa lagi selain air mata penyesalan dan renungan perpisahan bersama doa dan harapan. Semoga berjumpa lagi di masa yang akan datang.
“Bagaimana mungkin air mata seorang mukmin itu tidak menitis tatkala berpisah dengan Ramadhan, Sedang ia tidak tahu apakah masih ada sisa umurnya untuk berjumpa lagi.”
